Perilaku Green Consumer dalam memilih dan menentukan produk mana yang akan akan dikonsumsi dapat memaksa para produsen untuk mengubah strategi pemasarannya.
Bagaimana tidak, sebesar apapun produk, sehebat, ataupun seterkenal apapun jika sudah tidak diinginkan lagi oleh konsumennya maka lambat laun produk tersebut akan mengalami kejatuhan.
Green Marketing
Perilaku Green Consumer dalam tulisan ini mengenai perubahan sikap konsumen dalam melihat dan menggunakan kemasan styrofoam.
Dengan semakin banyak konsumen yang menolak keberadaan styrofoam, diharapkan para pelaku bisnis makanan dalam hal ini akan mengubah cara pengemasan produknya.
Di beberapa negara maju saja, penggunaan styrofoam sudah mulai dilarang. Namun sebaliknya yang terjadi di Indonesia, yang dulu hanya digunakan oleh perusahaan besar, restoran cepat saji, kini semakin marak kita temui bahkan di pedagang-pedagang gerobak keliling. Dengan alasan lebih tahan panas / dingin dan rapi tanpa melihat resiko yang dapat ditimbulkannya.
Pengetahuan yang baik mengenai bahan baku, dampak, dan kerusakan yang ditimbulkan styrofoam, akan memberikan kesadaran penuh kepada para konsumen, sehingga perlahan-lahan akan mulai meninggalkan kemasan styrofoam.
Dengan terjadinya penolakan-penolakan tersebut, diharapkan nantinya tidak akan ada lagi restoran, rumah makan, atau pedagang-pedagang yang mengemas makananan atau minumannya dengan bahan tersebut.
Berikut tulisan yang aku temukan, berasal dari berbagai sumber di internet mengenai styrofoam, semoga dapat membuka wawasan kita lebih luas lagi.
Dalam industri, styrofoam sering digunakan sebagai bahan insulasi.Bahan ini memang bisa menahan suhu, sehingga benda didalamnya tetap dingin atau hangat. Karena bisa menahan suhu itulah, akhirnya banyak yang menggunakannya sebagai gelas minuman dan wadah makanan.
Berbahaya Bagi Kesehatan
Mengapa styrofoam berbahaya?
Styrofoam jadi berbahaya karena terbuat dari butiran-butiran styrene, yang diproses dengan menggunakan benzana. Padahal benzana termasuk zat yang bisa menimbulkan banyak penyakit.
Benzana bisa menimbulkan masalah pada kelenjar tyroid, mengganggu sistem syaraf sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung, sulit tidur, badan menjadi gemetaran, dan menjadi mudah gelisah.
Dibeberapa kasus, benzana bahkan bisa mengakibatkan hilang kesadaran dan kematian. Saat benzana termakan, dia akan masuk ke sel-sel darah dan lama-kelamaan akan merusak sumsum tulang belakang.
Akibatnya produksi sel darah merah berkurang dan timbullah penyakit anemia. Efek lainnya, sistem imun akan berkurang sehingga kita mudah terinfeksi. Pada wanita, zat ini berakibat buruk terhadap siklus menstruasi dan mengancam kehamilan. Dan yang paling berbahaya, zat ini bisa menyebabkan kanker payudara dan kanker prostat.
Beberapa lembaga dunia seperti World Health Organization’ s International Agency for Research on Cancer dan EPA (Enviromental Protection Agency) styrofoam telah dikategorikan sebagai bahan carsinogen(bahan penyebab kanker).
Makin Berlemak Makin Cepat
Saat makanan atau minuman ada dalam wadah styrofoam, bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan. Perpindahannya akan semakin cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung alkohol atau asam (seperti lemon tea) juga dapat mempercepat laju perpindahan.
Penelitian juga membuktikan, bahwa semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan. Padahal di restoran-restoran siap saji dan di tukang-tukang makanan di pinggir jalan, styrofoam digunakan untuk membungkus makanan yang baru masak. Malahan ada gerai makanan cepat saji yang memanaskan lagi
makanan yang telah terbungkus styrofoam di dalam microwave. Terbayang’kan, betapa banyaknya zat kimia yang pindah ke makanan kita dan akhirnya masuk ke dalam tubuh kita.
Buruk Bagi Lingkungan
Selain berefek negatif bagi kesehatan, styrofoam juga tak ramah lingkungan. Karena tidak bisa diuraikan oleh alam, styrofoam akan menumpuk begitu saja dan mencemari lingkungan. Styrofoam yang terbawa ke laut, akan dapat merusak ekosistem dan biota laut.
Beberapa perusahaan memang mendaur ulang styrofoam. Namun sebenarnya, yang dilakukan hanya menghancurkan styrofoam lama, membentuknya menjadi styrofoam baru dan menggunakannya kembali menjadi wadah makanan dan minuman.
Proses pembuatan styrofoam juga bisa mencemari lingkungan.
Data EPA (Enviromental Protection Agency) di tahun 1986 menyebutkan, limbah berbahaya yang dihasilkan dari proses pembuatan styrofoam sangat banyak. Hal itu menyebabkan EPA mengategorikan proses pembuatan styrofoam sebagai penghasil limbah berbahaya ke-5 terbesar di dunia. Selain itu, proses pembuatan styrofoam menimbulkan bau yang tak sedap yang mengganggu pernapasan dan melepaskan 57 zat berbahaya ke udara.
Melihat sedemikian besar dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, beberapa kota di Amerika seperti Berkeley dan Ohio telah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan.